Agronomis yang suka menulis.
Gadget Kian Merakyat, tapi Kesenjangan Digital Tetap Signifikan
Senin, 28 Juli 2025 21:00 WIB
Kepemilikan gadget berhubungan erat dengan stratifikasi sosial, mempengaruhi akses pendidikan dan mobilitas sosial.
Di era digital saat ini, kepemilikan gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Gadget tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mengakses informasi, berinteraksi sosial, dan bahkan bertransaksi ekonomi. Namun, fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana kepemilikan gadget berhubungan dengan stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial merujuk pada pembagian masyarakat ke dalam lapisan-lapisan yang berbeda berdasarkan faktor-faktor seperti kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Dalam tulisan ini, kita akan menganalisis hubungan antara kepemilikan gadget dan stratifikasi sosial dengan mengacu pada data dan penelitian yang relevan.
Definisi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah sistem pengelompokan individu atau kelompok dalam masyarakat berdasarkan status sosial, ekonomi, atau politik. Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan berperan penting dalam menentukan posisi seseorang dalam hierarki sosial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Giddens (2013), stratifikasi sosial dapat dilihat dalam berbagai bentuk, termasuk kelas sosial, etnisitas, dan gender. Dalam masyarakat modern, stratifikasi sosial semakin kompleks dengan adanya faktor-faktor baru seperti akses terhadap teknologi.
Sebagai contoh, di Indonesia, stratifikasi sosial dapat dilihat jelas dalam perbedaan akses terhadap pendidikan dan teknologi. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) 2020, terdapat kesenjangan signifikan dalam akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Hal ini berimplikasi pada kemampuan individu untuk memiliki dan menggunakan gadget, yang pada gilirannya mempengaruhi status sosial mereka.
Kepemilikan Gadget di Masyarakat Modern
Kepemilikan gadget telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite (2021), jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai lebih dari 170 juta orang, dengan tingkat penetrasi mencapai 61%. Hal ini menunjukkan bahwa gadget telah menjadi komoditas yang umum di masyarakat, meskipun ada perbedaan dalam tingkat kepemilikan berdasarkan status sosial.
Namun, kepemilikan gadget tidak hanya bergantung pada jumlah populasi, tetapi juga pada faktor ekonomi. Sebuah studi oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi cenderung memiliki gadget terbaru dan lebih canggih. Sebaliknya, mereka yang berada di lapisan bawah sering kali terpaksa menggunakan perangkat yang lebih tua atau bahkan tidak memiliki akses sama sekali.
Gadget sebagai Alat Mobilitas Sosial
Gadget dapat berfungsi sebagai alat mobilitas sosial bagi individu dari lapisan bawah. Dengan akses ke internet dan media sosial, individu dapat memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan keterampilan, mencari pekerjaan, atau memulai usaha. Menurut penelitian oleh Pew Research Center (2019), 54% pengguna internet di negara berkembang mengaku bahwa internet telah membantu mereka mendapatkan pekerjaan atau meningkatkan pendapatan mereka.
Contoh nyata dari fenomena ini dapat dilihat pada banyaknya usaha kecil yang bermunculan di platform e-commerce. Di Indonesia, UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan produk mereka menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa lebih dari 8 juta UMKM telah go digital pada tahun 2021, yang sebagian besar berasal dari daerah dengan akses terbatas terhadap pendidikan formal.
Kesenjangan Digital dan Stratifikasi Sosial
Meskipun gadget dapat menjadi alat mobilitas sosial, kesenjangan digital tetap menjadi masalah yang signifikan. Kesenjangan ini mencakup perbedaan dalam akses, penggunaan, dan keterampilan digital. Menurut laporan International Telecommunication Union (ITU) 2020, sekitar 3,7 miliar orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses internet. Di Indonesia, kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan sangat mencolok, dengan banyak daerah pedesaan yang masih mengalami kesulitan dalam mengakses layanan internet yang memadai.
Kondisi ini menciptakan siklus ketidaksetaraan, di mana individu dari lapisan bawah yang tidak memiliki akses ke teknologi tetap terjebak dalam kemiskinan. Mereka yang tidak memiliki gadget atau akses internet tidak dapat mengambil manfaat dari peluang yang ditawarkan oleh dunia digital, sehingga memperkuat stratifikasi sosial yang ada.
Pengaruh Pendidikan terhadap Kepemilikan Gadget
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepemilikan gadget. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2021), siswa dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki akses lebih baik terhadap gadget dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga akses terhadap alat-alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Sebagai contoh, siswa di sekolah-sekolah swasta yang memiliki fasilitas teknologi yang lebih baik sering kali memiliki akses lebih besar terhadap gadget dibandingkan dengan siswa di sekolah-sekolah negeri di daerah terpencil. Perbedaan ini menciptakan jurang yang lebih dalam antara lapisan masyarakat yang berbeda, di mana mereka yang memiliki pendidikan yang lebih baik memiliki peluang lebih besar untuk sukses di dunia yang semakin digital.
Gadget dan Perilaku Konsumtif
Kepemilikan gadget juga mempengaruhi perilaku konsumtif individu. Dalam masyarakat modern, gadget sering kali menjadi simbol status. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Statista (2021), konsumen di Indonesia menghabiskan rata-rata 10% dari pendapatan mereka untuk membeli gadget dan aksesori. Hal ini menunjukkan bahwa gadget tidak hanya berfungsi sebagai alat, tetapi juga sebagai indikator status sosial.
Namun, perilaku konsumtif ini sering kali berujung pada utang dan masalah keuangan, terutama di kalangan individu yang berusaha untuk mempertahankan citra sosial mereka. Sebuah studi oleh Credit Bureau Indonesia (2020) menemukan bahwa banyak individu dari lapisan menengah ke bawah terjebak dalam utang karena membeli gadget yang tidak terjangkau dengan harapan untuk meningkatkan status sosial mereka.
Dampak Sosial dari Kepemilikan Gadget
Kepemilikan gadget juga memiliki dampak sosial yang signifikan. Gadget memungkinkan individu untuk terhubung dengan orang lain, tetapi juga dapat menyebabkan isolasi sosial. Menurut penelitian oleh American Psychological Association (2020), penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengurangi interaksi tatap muka dan meningkatkan perasaan kesepian di kalangan pengguna.
Di sisi lain, gadget juga dapat memperkuat hubungan sosial di antara individu dengan latar belakang yang sama. Misalnya, kelompok-kelompok di media sosial sering kali dibentuk berdasarkan minat atau identitas yang sama, menciptakan komunitas virtual yang dapat memberikan dukungan dan penguatan. Namun, ini juga dapat menciptakan eksklusi sosial bagi mereka yang tidak memiliki akses ke teknologi.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kepemilikan gadget dan stratifikasi sosial. Meskipun gadget dapat menjadi alat mobilitas sosial, kesenjangan digital dan akses terhadap pendidikan tetap menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengurangi kesenjangan ini dengan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan teknologi bagi semua lapisan masyarakat.
Rekomendasi untuk mengatasi masalah ini termasuk pengembangan program pelatihan keterampilan digital bagi individu dari lapisan bawah, penyediaan akses internet yang lebih baik di daerah terpencil, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan teknologi di kalangan masyarakat. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan stratifikasi sosial dapat berkurang dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk sukses di era digital.
Referensi:
- Giddens, A. (2013). Sociology. Polity Press.
- We Are Social & Hootsuite. (2021). Digital 2021: Indonesia.
- Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2020). Laporan Survei Pengguna Internet 2020.
- Pew Research Center. (2019). Internet and Social Media Use in Developing Countries.
- International Telecommunication Union (ITU). (2020). Measuring Digital Development: Facts and Figures 2020.
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2021). Laporan Pendidikan 2021.
- Statista. (2021). Consumer Spending on Gadgets in Indonesia.
- Credit Bureau Indonesia. (2020). Laporan Utang Konsumen 2020.
- American Psychological Association. (2020). The Impact of Technology on Social Interaction.

Penulis Indonesiana
4 Pengikut

Candu Judi Online Berbuah Sengasara Sampai Masa Depan
Rabu, 30 Juli 2025 08:02 WIB
Gadget Kian Merakyat, tapi Kesenjangan Digital Tetap Signifikan
Senin, 28 Juli 2025 21:00 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler